Pengujian in-situ mulai banyak berkembang di Indonesia, salah satunya adalah pengujian CPTu. Pengujian ini mirip dengan pengujian Sondir mekanis, hanya saja pada pengujian CPTu sudah dilengkapi dengan instrumen elektrik. Sehingga kelebihan dari pengujian ini adalah dapat menginterpretasikan karakteristik tanah yang lebih mendekati kondisi real di dalam tanah.
Tujuan dari pengujian ini adalah :
- Untuk mengidentifikasi profil lapisan tanah
- Untuk menginterpolasi kondisi tanah antar bor hole
- Untuk mengetahui engineering properties tanah dan mengetahui daya dukung dan penurunan
- Untuk mendapatkan nilai perlawanan konus dan gesekan selimut
- Untuk mengetahui permeabilitas di lapangan dan karakteristik konsolidasi
- Untuk mengetahui riwayat tekanan tanah dan OCR (rasio overkonsolidasi) tanah kohesif
- Untuk mengukur tekanan air pori
Peralatan CPTu
Berikut spesifikasi untuk perangkat CPTu :
Produsen : Geomill Equipment B. V. Westbaan 240 - 2841 MC Moordrecht, Netherlands
Produk : Data acquisition system, type GME500 IP65
- Alat CPT/Sondir 1 set
- Klem dorong dan tarik dengan Proximity Switch, atau pressure head dengan Proximity Switch
- Kabel Proximity Switch
- Konus yang telah dikalibrasi
- Sistem akuisisi data
- Perangkat lunak (software) antara CPT dengan komputer
- Kabel Power 110/230 VAC, atau kabel Power 12/24 VDC
- Kabel Interface (RS 232) antara GME500 IP65 dan komputer
- Kotak Koneksi
- Kabel dari Kotak Koneksi ke GME500 IP65
Komponen Peralatan CPTu
Prosedur pengujian :
- Kalibrasi : Sebelum pengujian, kalibrasi harus dilakukan untuk menghindari pembacaan yang salah. Kalibrasi dilakukan sesaat sebelum penetrasi dan segera setelah konus ditarik dari tanah. Ini wajib dan harus dilakukan setiap kali menjalani tes CPTu.
- Saturasi Sistem Pengukuran Tekanan Air Pori : Pada tahap ini dilakukan penjenuhan/saturasi elemen filter di laboratorium sebelum pengujian, dengan cara meletakan elemen filter tersebut di wadah vakum dengan cairan jenuh berupa gliserin. Alasan penggunaan gliserin sebagai cairan jenuh karena viskositas tinggi sehingga mempertahankan kejenuhan di tanah kering, jika tercampur dalam air tidak menyebabkan pembacaan yang salah, lebih mampat dibandingkan dengan air dan dapat menyerap udara. Waktu penjenuhan selama 6 sampai 24 jam. Kemudian elemen filter tersebut ditempatkan dalam wadah dan siap dibawa ke lapangan. Kemudian dilakukan juga penjenuhan/saturasi pada konus untuk membuang rongga yang terperangkap di dalam konus itu sendiri. Dengan cara membilas konus dengan gliserin dengan menggunakan corong plastik besar dan jarum suntik. Konus dipegang dengan ujung mengarah ke atas dan dilengkapi dengan corong plastik yang disegel di sekitar selimut konus. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
- Akuisisi Data : Sebelum mengumpulkan data, penting untuk memastikan kedalaman encoder terpasang dengan benar. Setelah semua alat terpasang maka pengujian dapat dimulai, dengan pengukuran otomatis terbaca setiap interval 1 cm.
- Pengujian Disipasi : Uji ini dapat dilakukan saat lapisan tanah lempung (clay) dijumpai, karena tanah lempung rentan mengalami penurunan akibat pengembangan tekanan air pori berlebih. Selama proses disipasi, hanya tekanan air pori yang diukur. Kemudian hasilnya ditampilkan dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara log waktu dengan tekanan pori untuk menunjukkan tekanan pori pada saat kesetimbangan (equilibrium). Biasanya pengukuran disipasi dihentikan setelah 50% disipasi tercapai atau maksimal 2 jam membaca.
- Hasil Pengujian : Setelah data terkumpul, hasil CPTu ditampilkan dengan menggunakan software CPTask. Grafik interpretasi CPTu meliputi tahanan konus (qc), gesekan selimut (fs), rasio friksi (fr), profil tanah dan tekanan pori (u2). Contoh seperti gambar di bawah ini.
Contoh Grafik Parameter Dari CPTu
Contoh Grafik Disipasi
Comments
Post a Comment